A. Pengertian
Oksigenasi adalah salah satu komponen
gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 setiap kali bernapas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi
(Wartonah, Tarwoto 2003).
Fisiologi jantung mencakup pengaliran
darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan
jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke sistem
pulmonar.
Perawat seringkali menemukan klien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Pemenuhan kebutuhan oksigen
dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker,
fisioterapi dada ,dan cara penghisapan lendir(suction). Tujuan pemberian
oksigenasi adalah : untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan,
untuk menurunkan kerja paru-paru dan untuk menurunkan kerja jantung.
B. Penyebab
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien
mengalami gangguan oksigenasi, sebagai berikut:
1.
Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung
meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
2.
Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi
dan hipoksia.
3.
Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
4.
Faktor perkembangan.
5.
Perilaku atau gaya hidup
C. Klasifikasi
Pemenuhan
kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi, dan transportasi.
1.
Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a.
Adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin
tinggi.
b.
Adanya kemampuan toraks dan
paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c.
Adanya jalan napas yang dimulai
dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya
sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis
dapat menyebabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja
saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi atau proses penyempitan.
d.
Adanya refleks batuk dan
muntah.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda
asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan
adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat
pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2
atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu
maka CO2 tidak dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu
medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari
sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2.
Difusi Gas
Difusi
gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2,
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
a.
Luasnya permukaan paru.
b.
Tebal membran
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial
keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c.
Perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2, dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam
darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi
ke dalam alveoli.
d.
Afinitas gas yaitu kemampuan
untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3.
Transportasi Gas
Transportasi
gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan
Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02
akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam
plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi
gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
a.
Kardiac output
Merupakan jumlah
darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit. Dalam kooondisi
patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada kerusakan otot
jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke
jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b.
Kondisi pembuluh darah,
latihan, dan lain-lain.
Secara langsung
berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan menyebabkan
peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), meningkatkan cardiac uotput
dan penggunaan O2 oleh sel.
D. Patofisilogi/Pathway
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan
oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa
metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan
integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan
oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi,
aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari
arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu,
perubahan fungsi pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi. Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih,
yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang
diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2
secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat.
Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan.
|
|
PATHWAYS
|
E. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN PRIMER
a. Airways
-
Sumbatan
atau penumpukan secret
-
Wheezing
atau krekles
b. Breathing
-
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
-
RR
lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler
dangkal
-
Ronchi,
krekles
-
Ekspansi
dada tidak penuh
-
Penggunaan
otot bantu nafas
c. Circulation
-
Nadi
lemah , tidak teratur
-
Takikardi
-
TD
meningkat / menurun
-
Edema
-
Gelisah
-
Akral
dingin
-
Kulit
pucat, sianosis
-
Output
urine menurun
2. PENGKAJIAN
SEKUNDER.
a. Aktifitas
Gejala :
-
Kelemahan
-
Kelelahan
-
Tidak
dapat tidur
-
Pola
hidup menetap
-
Jadwal
olah raga tidak teratur
Tanda :
-
Takikardi
-
Dispnea
pada istirahat atau aaktifitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri
koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
-
Tekanan
darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri
-
Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau
lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus
(disritmia)
-
Bunyi
jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
-
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung
-
Friksi
; dicurigai Perikarditis
-
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
-
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
-
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir
c. Integritas ego
Gejala : menyangkal
gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah
pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
focus pada diri sendiri, koma nyeri
d. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e. Makanan atau cairan
Gejala
: mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu
hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, muntah, perubahan berat badan
f. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan
tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
-
Nyeri
dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral)
-
Lokasi
:
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
-
Kualitas
:
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan,
seperti dapat dilihat .
-
Intensitas
:
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
-
Catatan
: nyeri mungkin tidak ada pada pasien
pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
i.
Pernafasan:
Gejala :
-
dispnea
tanpa atau dengan kerja
-
dispnea
nocturnal
-
batuk
dengan atau tanpa produksi sputum
-
riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
-
peningkatan
frekuensi pernafasan
-
nafas
sesak / kuat
-
pucat,
sianosis
-
bunyi
nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
j.
Interkasi
social
Gejala :
-
Stress
-
Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
Tanda :
-
Kesulitan
istirahat dengan tenang
-
Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
-
Menarik
diri
F.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
Ø
nyeri
dada dengan / tanpa penyebaran
Ø
wajah
meringis
Ø
gelisah
Ø
delirium
Ø
perubahan
nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama
di RS
Kriteria Hasil:
Ø Nyeri dada berkurang
misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
Ø ekpresi
wajah rileks / tenang, tak tegang
Ø
tidak
gelisah
Ø
nadi
60-100 x / menit,
Ø
TD
120/ 80 mmHg
Intervensi :
Ø Observasi
karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan
rasa nyeri dada tersebut.
Ø
Anjurkan
pada klien menghentikan aktifitas selama
ada serangan dan istirahat.
Ø
Bantu
klien melakukan tehnik relaksasi, mis
nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
Ø
Pertahankan
Olsigenasi dengan bikanul contohnya (
2-4 L/ menit )
Ø
Monitor
tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
Ø Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2.
Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Ø
Tidak
ada edema
Ø
Tidak
ada disritmia
Ø
Haluaran
urin normal
Ø
TTV
dalam batas normal
Intervensi :
Ø
Pertahankan
tirah baring selama fase akut
Ø
Kaji
dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
Ø
Monitor
haluaran urin
Ø
Kaji
dan pantau TTV tiap jam
Ø
Kaji
dan pantau EKG tiap hari
Ø
Berikan
oksigen sesuai kebutuhan
Ø Auskultasi
pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
Ø
Pertahankan
cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
Ø
Berikan
makanan sesuai diitnya
Ø
Hindari
valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh
darah arteri koronaria ditandai dengan :
Ø
Daerah
perifer dingin
Ø
EKG
elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
Ø
RR
lebih dari 24 x/ menit
Ø
Kapiler
refill Lebih dari 3 detik
Ø
Nyeri
dada
Ø
Gambaran
foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
Ø
HR
lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80
mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
Ø
Nadi
lebih dari 100 x/ menit
Ø
Terjadi
peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi
jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di
RS.
Kriteria Hasil:
Ø
Daerah
perifer hangat
Ø
tak
sianosis
Ø gambaran EKG tak
menunjukan perluasan infark
Ø
RR
16-24 x/ menit
Ø
tak
terdapat clubbing finger
Ø
kapiler
refill 3-5 detik
Ø
nadi
60-100x / menit
Ø
TD
120/80 mmHg
Intervensi :
Ø
Monitor
Frekuensi dan irama jantung
Ø
Observasi
perubahan status mental
Ø Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
Ø
Ukur
haluaran urin dan catat berat jenisnya
Ø
Kolaborasi
: Berikan cairan IV l sesuai indikasi
Ø
Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG,
elektrolit , GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ).
Dan Pemberian oksigen
4. Resiko kelebihan volume cairan
ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium
/ retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama
di RS
Kriteria Hasil :
Ø
tekanan
darah dalam batas normal
Ø tak ada
distensi vena perifer/ vena dan
edema dependen
Ø
paru
bersih
Ø berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
Ø
Ukur
masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
Ø
Observasi
adanya oedema dependen
Ø
Timbang
BB tiap hari
Ø
Pertahankan
masukan total caiaran 2000 ml/24 jam
dalam toleransi kardiovaskuler
Ø
Kolaborasi
: pemberian diet rendah natrium, berikan
diuetik.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan
membran alveolar- kapiler ( atelektasis
, kolaps jalan nafas/ alveolar edema
paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
Ø
Dispnea
berat
Ø
Gelisah
Ø
Sianosis
Ø
perubahan
GDA
Ø
hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2
< 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
Ø
Tidak
sesak nafas
Ø
tidak
gelisah
Ø GDA dalam batas
Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
Ø Catat frekuensi
& kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
Ø Auskultasi paru
untuk mengetahui penurunan / tidak
adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles,
ronki dll.
Ø Lakukan tindakan
untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
Ø
Tinggikan
kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Ø
Kaji
toleransi aktifitas misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan
miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam
aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Ø
klien
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
Ø
frekuensi
jantung 60-100 x/ menit
Ø
TD
120-80 mmHg
Intervensi :
Ø
Catat
frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
Ø Tingkatkan istirahat
( di tempat tidur )
Ø
Batasi
aktifitas pada dasar nyeri dan berikan
aktifitas sensori yang tidak berat.
Ø
Jelaskan
pola peningkatan bertahap dari tingkat
aktifitas, contoh bengun dari kursi bila
tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam
1 jam setelah mkan.
Ø
Kaji
ulang tanda gangguan yang menunjukan
tidak toleran terhadap aktifitas atau
memerlukan pelaporan pada dokter.
7.
Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap
integritas biologis
Tujuan :
cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di
RS
Kriteria
Hasil :
Ø
Klien
tampak rileks
Ø
Klien
dapat beristirahat
Ø
TTV
dalam batas normal
Intervensi
:
Ø Kaji tanda dan
respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
Ø
Ciptakan
lingkungan yang tenang dan nyaman
Ø
Ajarkan
tehnik relaksasi
Ø
Minimalkan
rangsang yang membuat stress
Ø Diskusikan dan
orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
Ø Berikan sentuhan
pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan suasana tenang
Ø
Berikan
support mental
Ø
Kolaborasi
pemberian sedatif sesuai indikasi
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi tentang fungsi jantung
/ implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan
pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang
kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan kesehatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Ø
Menyatakan
pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
Ø Menyebutkan gangguan yang memerlukan
perhatian cepat.
Intervensi :
Ø
Berikan
informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program audio/
visual, Tanya jawab dll.
Ø
Beri
penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas
yang berlebihan,
Ø Peringatan untuk
menghindari paktifitas manuver valsava
Ø Latih pasien
sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi
aktifitas seksual.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Carolyn
M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume
II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2. Susan Martin Tucker. Patient Care
Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of
Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli
diterbitkan tahun 1989)
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical –
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan
tahun 1996)
6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC;
1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F.,
Geissler, A.C. Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
9.
Suyono,
S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
10.
Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
11. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik
Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
12. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem
Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang,
Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002
13.
Heni
Rokhaeni, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Edisi Pertama Jakarta, Bidang Diklat Pusat Kesehatan
Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita; 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar